Penebaran Benur



Salah satu kunci keberhasilan dalam budidaya udang adalah tersedianya benur yang berkualitas. Benur yang berkualitas adalah benur yang bebas penyakit, memiliki pertumbuhan yang cepat dan survival ratenya tinggi. Untuk itu, sebelum penebaran harus dilakukan seleksi benur.

Benih udang yang baru datang dari bak penampungan tidak boleh langsung ditebar ke dalam petakan karena suhu dan salinitas air yang digunakan untuk menampung benih tidak sama dengan suhu dan salinitas di dalam tambak. Hal ini penting sekali untuk menjaga kesehatan dan kehidupan benih udang dari stress yang berat. Untuk itu benih harus diaklimatisasi terlebih dahulu sebelum di tebar.

Benur yang lulus seleksi dan telah mengalami proses aklimatisasi bisa langsung ditebar perlahan-lahan kedalam petak pembesaran dengan kepadatan 100-125 ekor/m2.

Untuk mendapatkan benur yang berkualitas, maka pemilihan dan pemilahan benur harus dilaksanakan dengan hati-hati, melalui prosedur yang disyaratkan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan benih yang bebas dari berbagai kemungkinan infeksi penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri vibrio dan protozoa, yang secara keseluruhan akan menyebabkan gangguan terhadap proses budidaya pada umumnya dan pertumbuhan udang khususnya. Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dan kadar garam air pengangkutan dengan air tambak.

Cara yang dilakukan adalah membuka kantong dan menambahkan air tambak ke dalam kantong sedikit demi sedikit sampai benih udang aktif berenang keluar sendiri dari dalam kantong  tersebut. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan benih pada wadah ember ditambahkan air tambak sedikit demi sedikit, aklimatisasi dianggap cukup bila benih sudah aktif berenang. Arti dari aklimatisasi sendiri adalah proses organisme individu menyesuaikan diri dengan perubahan tahap di lingkungannya, (seperti perubahan suhu, kelembaban, penyinaran, atau pH) yang memungkinkan untuk mempertahankan performa di berbagai kondisi lingkungan.

Pada stadia PL atau benih, udang sangat peka. Walaupun dengan persiapan kolam yang sangat baik, benih udang dapat mati saat ditebar jika tidak sehat, bila waktu penebaran tidak ideal, atau bila kualitas air saat pengangkutan sangat berbeda dengan kualitas air kolam. Padat tebar untuk tambak intensif seharusnya 60-300 ekor/m2.

Waktu membeli benur, pastikan bahwa benur tersebut bekualitas prima dengan sifat-sifat karakteristik berikut:

  • Berenang melawan arus bila air di baskom diaduk dan bereaksi pada penepukan air dan bayangan yang lewat.
  • Berenang secara horizontal dan tidak vertical seperti seakan-akan kehabisan nafas.
  • Berukuran panjang paling sedikit 12 mm pada stadia PL 18.
  • Mempunyai otot-otot perut yang jernih.
  • Memiliki lambung penuh.
  • Memiliki rasio 1:4 antara lambung dan otot.
  • Semua organ tubuh benur dalam keadaan lengkap dan tidak cacat.
  • Bentuk tubuh ramping dan memanjang.
  • Warna tubuh jernih atau putih kecoklatan.
  • Benur peka terhadap gangguan fisik pada lingkungan.
  • Keadaan tubuh benur bersih dari kotoran dan lumut.
  • Benur aktif mencari makan dan nafsu makannya tinggi.
  • Tidak ada perubahan warna yang mencolok pada benur, pada kondisi terang maupun gelap.
  • Fototatis positif yaitu suka pada cahaya.
  • Ukuran benur relatif seragam.

Menurut BPTP Sulawesi Selatan (2008), bahwa PL 11-17, tokolan udang lebih toleran terhadap fluktuasi salinitas yang lebar sehingga membutuhkan waktu yang singkat dalam proses aklimatisasi. Penebaran sebaiknya dilakukan pada waktu suhu udara dingin yaitu pada jam 06.00-08.00 pagi atau jam 17.00 sore – 22.00 malam. Hindari penebaran benur yang terkumpul di satu tempat. Benur ditebar setelah air tidak berbau kaporit dan air sudah berwarna coklat muda.

Untuk lebih jelasnya tentang penebaran benur sebagai berikut :

a. Pemilihan benur
  • Pilih bibit yang berkualitas bagus, karena bibit menentukan ukuran udang saat pemanenan.
  • Kepadatan benur 2-3 ekor per meter, umur benur di atas pl 9 ukuran panjang 1,0-1,2 cm. – benur harus seragam baik ukuran, umur dan warna.
  • Pilih benur yang aktif dan kuat (berenang melawan arus).

b. Transportasi bibit ke tambak
  • Waktu pemindahan pilih saat udara masih dingin (sebelum jam 8 pagi atau setelah jam 6 sore).
  • Waktu pemindahan dari pembenihan ke tambak kurang dari 6 jam.
  • Jangan mencampur benur yang berasal dari bak yang berbeda.
  • Kantung bibit harus cukup oksigen (air : oksigen = 1:3).
  • Pilih transportasi yang cepat dan aman.

c. aklimatisasi dan penebaran benur ke tambak
  • Rendam plastik benur dalam tambak lebih kurang 10 menit untuk adaptasi suhu dan mengurangi benur stres saat perjalanan.
  • Tuang bibit kedalam baskom perbaskom 2-3 kantong benur tenangkan sejenak.
  • Percikan air tambak kedalam baskom bibit secara perlahan-lahan untuk adaptasi kadar garam (10 menit).
  • Lepas benur secara perlahan biarkan keluar dengan sendirinya berarti benur cocok dengan air tambak, jangan memaksa benur untuk keluar. Pemaksaan saat menuangkan benur dapat berakibat kematian benur karena benur tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan tambak.


d. Pengelolaan Pakan

Biaya pakan merupakan 40%  dari total biaya produksi operasi budidaya udang intensif, disarankan menggunakan pakan berkualitas baik ( dengan kandungan protein stabil ). Guna memperoleh pengelolaan pakan dan pemberian pakan yang efisien, jumlah benih udang di kolam, derajat pertumbuhan dan rasio konversi pakan harus di monitor setiap hari.

Pemberian pakan yang baik dan merata, dalam arti dapat diusahakan agar satu individu udang dapat memperoleh bagian pakan yang sama dengan individu lainnya. Pemberian pakan yang merata menghindari terjadinya kompetisi dalam mendapatkan makanan. Apabila kompetisi dapat dihindari maka kanibalisme dapat dihindarkan.

Adapun syarat-syarat pakan udang yang baik antara lain:

  • Kondisi fisik permukaan rata.
  • Mempunyai bau amis segar, kering dan tidak apek.
  • Kemasan tidak kurang dan tidak rusak.
  • Water stability pellet tang bagus tetap bertahan pada air setidaknya 2-3 jam.
  • Ukuran pellet yang benar sesuai ukuran kemampuan makan udang dan bukaan mulut udang.
  • Bahan baku pakan berkualitas didukung bahan baku tepung ikan segar. Saat dicek dengan dikunyah berasa manis.
  • Attractability pakan berkualitas memiliki attractability bagus sehingga pakan akan lebih cepat dikonsumsi udang.


Frekuensi pemberian pakan pada udang kecil cukup 2-3 kali sehari, karena masih mengandalkan pakan alami. Dalam referensi lain disebutkan, pakan diberikan dengan cara disebar di permukaan tambak dengan frekuensi 5-6 kali sehari. Persentase jumlah pakan yang diberikan mulai dari 50% saat udang baru beberapa hari ditebar dan 3% saat udang di panen. Setiap pemberian pakan, 2-4% dari jumlah total pakan yang ditebar harus dimasukkan ke anco. Hal ini merupakan tindakan control terhadap aktivitas memakan udang. Dua jam kemudian, anco dapat diangkat dan diperiksa sisa pakan yang ada dengan demikian dapat diprediksi kebutuhan pakan udang.

Menurut Ditjen Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Ditjen Perikanan Budidaya, pemberian suplemen seperti vitamin, immonostimulan, mineral, HUVA, carotenoid, astaxanthindan probiotik dapat dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh udang yang dibudidayakan. Vitamin C dapat diberikan dengan dosis 3 gram/kg pakan. Bataglucan dapat diberikan 0,1 gram/kg pakan, sedangkan fucoida dengan dosis 60-100 mg/kg berat udang/hari.

Menurut Arifin (2005), pemberian probiotik yang dicampur dengan pakan udang bertujuan untuk:

  • Menyeimbangkan mikroflora dalam usus, yaitu menekan bakteri yang merugikan.
  • Bakteri yang hidup di dalam usus akan menghasilkan enzim sehingga diharapkan dapat membantu system pencernaan pada udang.
  • Bakteri mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh udang
  • Untuk menghasilkan kekebalan tubuh pada udang.

.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Penebaran Benur"

Posting Komentar

Artikel Yang Diunggulkan

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel