Cara Melakukan Pembenihan Udang Vannamei



Bisnis budidaya pembenihan udang vannamei terbilang cukup menjanjikan karena para petambak banyak yang butuh disamping itu kerugiannya tidak terlalu beresiko namun perlu ada cara yang benar agar pembenihan udang vannamei menjadi berhasil. oke langsung saja tanpa perlu panjang lebar Berikut ini cara melakukan pembenihan udang vannamei


Tahap Pertama : Persiapan
                
Persiapkan bak pemeliharaan benih udang dan cuci dengan menggunakan larutan deterjen dan kaporit, kemudian dibilas dan dikeringkan. Selama proses pengeringan dilakukan fungigasi dan bak pemeliharaan benih udang 2-3 hari sebelum penebaran naoupli. Satu hari sebelum penebaran naoupli dilakukan pencucian bak. Setelah dicuci, selang aerasi dan batu aerasi direndam dalam larutan formalin selama 24 jam, sedangkan batu pemberat langsung dijemur hingga kering. Sebelum dipasang, selang aerasi direndam dalam larutan formalin. Jarak antar titik aerasi adalah 40 cm dengan jumlah titik aerasi pada modul A 88 titik dan 112 titik pada modul B.

Pengisian air laut dilakukan satu hari sebelum penebaran naupli dengan volume 40-60% dari kapasitas total. Air laut disterilisasi menggunakan chlorin 15 ppm. Air dinetralisasi menggunakan Natrium thiosulfat 7 ppm. Penebaran naupli dilakukan pada siang hari dengan kepadatan 100 ekor per liter. Sebelum dilakukan penebaran, ember yang berisi naupli dicelupkan dalam larutan trefflan 200 ppm, kemudian dilakukan proses aklimatisasi.


Tahap Kedua : Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan benih udang dibagi menjadi dua fase. Pada proses pergantian fase dilakukan transfer benih yaitu pada saat benih memasuki stadia PL4. Pakan yang diberikan benih udang vannamei berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang diberikan berupa Thallasiosirra, Chaetoserros, dan Skeletonema (Fitoplankton) serta artemia (Zooplankton). Hal ini sesuai beberapa jenis fitoplankton yang digunakan untuk makanan larva udang adalah skeletonema, tatraselmis, dan Chaetoserros.

Sedangkan Harefa (2003), menyatakan naupi artemia merupakan zooplankton yang banyak diberikan pada larva udang. Penyediaan pakan alami jenis fitoplankton dilakukan dengan cara kultur skala laboratorium, intermediet dan missal. Pakan algae diberikan pada stadia N5-6 hingga PL1. Frekuensi pemberian algae disesuaikan dengan ketersediaan algae pada media pemeliharaan, untuk itu dilakukan penghitungan sisa algae yang terdapat dalam media pemeliharaan. Algae diberikan dengan cara mentransfer algae dari bak skala massal menuju bak pemeliharaan larva. Penyediaan artemia dilakukan dengan cara kultur tanpa dekapsulsi dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari yaitu pukul 09.00, 15.00, dan 21.00 WIB.

Pakan yang diberikan berupa pakan serbuk, cair, dan flake dan diberikan pada saat larva memasuki stadia zoea1. Jenis pakan buatan yang digunakan yaitu  Microparticulado, Microfine Spirulina, Nossan, Flake Negro, Lancy Shrimp MPL, Epifeed, Frippak, Tzu-Feng shrimp Flake, Royal Seafood, dan Epiball. Frekuensi pemberian pakan buatan sebanyak 8 kali sehari yaitu pukul 07.00, 11.00, 13.00, 17.00, 19.00, 23.00, 01.00, dan 04.00 WIB dengan dosis pakan yang selalu meningkat seiring meningkatnya umur larva. Selain itu, juga diberikan bahan-bahan pendukung berupa Essen Ce, Geno ALA, Vitamin C, dan Chitozan.

Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan memonitoring parameter kualitas air dan melakukan pergantian air. Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, DO, salinitas, pH, nitrit, ammonium, dan total bakteri yang dilakukan setiap hari kecuali nitrit dan ammonium (pergantian stadia). Pergantian air dilakukan saat larva memasuki stadia mysis 3 sampai dengan panen. Semakin bertambah tingkatan stadia semakin besar presentase pergantian air yaitu pada stadia M3 sebesar 10% sampai dengan stadia PL10 sebesar 50%. Pada stadia PL4 presentase sebesar 100% karena pada saat itu dilakukan transfer larva. Hal ini sesuai dengan FAO (2007), untuk menjaga kualitas air pada media pemeliharaan larva, harus dilakukan pengelolaan air yang baik. Pengelolaan air dapat dilakukan dengan penyiponan dan pergantian air. Setelah itu, diberikan juga probiotik dan kapur tani untuk menekan infeksi dan penyebaran bakteri patogen serta untuk menjaga kestabilan pH.

Jenis penyakit yang menyerang benih udang selama proses pemeliharaan yaitu vorticella, jamur merah, dan necrosis. Pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi terhadap penyakit yaitu dengan melakukan treatmen air media menggunakan EDTA dan trefflan, penerapan teknologi biosecurity, penyemprotan larutan formalin, penyiraman kaporit pada lantai ruang pemeliharaan, dan fungigasi.

Untuk mengetahui kondisi dan perkembangan benih udang dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan cara visual untuk mengetahui kondisi tubuh benih, sisa benih, dan kotoran. Sedangkan pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikriskopis untuk mengetahui morfologi tubuh benih, keberadaan parasit dan patogen, serta menilai kondisi kesehatan tubuh benih udang. Penilaian kesehatan benih udang meliputi presentase isi usus, presentase cadangan lemak, Bilotas HP, Bilotas GI, ada tidaknya penempelan pada tubuh benih udang, ada tidaknya luka pada tubuh benih udang, pigmentasi, dan perbandingan antara otot dengan usus.


Tahap Ketiga : Panen

Pemanenan dilakukan pada saat benih udang memasuki stadia PL10, tetapi hal tersebut dapat berubah sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini sependapat dengan Wyban dan Sweeney (1991), yang menyatakan normalnya pemanenan benur udang dilakukan pada saat mencapai stadia PL8 sampai dengan PL10. Benur yang dipanen harus mencapai panjang minimal 8 mm, gerakan aktif dan melawan arus, responsif, dan lulus uji stres. Waktu untuk melakukan pemanenan disesuaikan dengan permintaan konsumen dan jarak tempuh yang dibutuhkan untuk mendistribusikan benur.
                
Pengepakan benur dilakukan menggunakan kantong plastik ukuran 50x20 cm dengan perbandingan O2 dan air yaitu 1:1. Pada tiap plastic packing diberi karbonaktif sebanyak 10-20 granule. Plastik tersebut diikat dan dikemas dalam sterofoam dengan kapasitas 10 plastik per sterofoam, kemudian sterofoam diberi es batu. Kepadatan benur dalam plastik disesuaikan dengan stadia benur dan lamanya waktu pengiriman. Biasanya pada pemanenan stadia PL10 berkisar antara 2000-4000 ekor benur dengan waktu 1-4 jam. Benur dijual seharga Rp. 28 per ekor. 

Semoga informasi artikel ini bermanfaat... 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Cara Melakukan Pembenihan Udang Vannamei"

Posting Komentar

Artikel Yang Diunggulkan

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel